Nama saya Hilma, anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan. Sejak lulus SMA saya ikut merantau bersama Mbak Hasna, kakak saya yang nomor dua. Kami tinggal di rumah kontrakan dekat dengan lingkungan Mbak Hasna mengajar.
Dua hari yang lalu saya memberanikan diri untuk berbicara dengan Mbak Hasna mengenai keinginan saya bekerja. Walaupun saya tau kalau nanti Mbak Hasna akan melarang saya. Mbak Hasna ingin saya fokus saja dengan kuliah saya. Tetapi saya tetap ingin berbicara.
“Mbak. Ilma boleh gak kerja? Emm. Jadi reseller aja kok Mbak. Kerjaannya gak ribet dan bisa dari rumah.” Saya bisa merasakan ke tidak sukaan Mbak Hasna dari sorot matanya. Tetapi saya masih ingin berusaha walaupun Mbak Hasna tidak merespon saya dan malah tetap sibuk dengan buku-buku yang harus Mbak Hasna nilai.
“Mbak. Boleh yah. Ilma ingin jadi reseller di tokorame official. Emm tokonya terpercaya kok mbak dan untuk daftar jadi reseller 0 rupiah. Produknya juga bagus-bagus berkualitas, komisinya lumayan Mbak.” Mba Hasna masih sibuk sendiri tetapi rasanya Mbak Hasna menyimak apa yang saya katakan sehingga saya tetap berbicara untuk meyakinkan Mbak Hasna sekali lagi.
“Mbak. Produk dari tokorame itu udah banyak di kenal lohh mbak ditengah masyarakat. Produknya bagus-bagus, lucu-lucu, ada kosmetik, baju muslim muslimah, sandal ... “ Seketika saya berhenti berbicara setelah Mbak Hasna menatap ku fokus. Dalam pikiran saya tak karuan. Apakah saya terlalu keras kepala? Habislah saya dimarahi Mbak Hasna.
Saya berniat untuk undur diri karena saat Mbak Hasna hanya diam sambil tersenyum itu sungguh jauh menakutkan kalau sudah mulai berbicara. Saya baru saja ingin beranjak dan Mbak Hasna malah mulai berbicara, apakah saya terlambat untuk menghindar?
“Nama tokonya apa tadi? Toko ... “
“Eh. Em tokorame official Mbak. Kenapa mbak? Boleh ya?”
Saya bingung harus senang atau gelisah karena mendapati respon Mbak Hasna yang tak biasanya. Tapi entah kenapa saya merasa ini peluangnya.
Apalagi saat Mbak Hasna mulai meraih ponselnya dan mencari tahu tentang tokorame di socmed. Saya jadi bingung sendiri mengamati Mbak Hasna. Tetapi tak lama dari Mbak Hasna mengamati sosmed ia berbicara lagi.
“Emm. Mbak pelajari dulu ya. Nanti kalau sekiranya oke. Mbak bisa izinin kamu asal tidak sampai mengganggu kuliahmu.”
Wih rasanya happy banget dengar Mbak Hasna bicara begitu. Saya langsung memeluk Mbak Hasna saking senangnya. Walaupun belum pasti akan mendapatkan izin atau tidak, setidaknya saya sudah mencoba meminta izinnya.
Tetapi dalam hati saya juga meminta maaf kepada beliau. Karena sejujurnya bulan ini adalah bulan ke enam saya bergabung menjadi reseller tokorame official. Saya baru berani meminta izin sekarang setelah melihat perkembangan toko online saya yang bisa dikatakan stabil. Tabungan yang saya dapat dari hasil komisi pun juga sangat membantu saya terlebih saya sudah bisa memberikan uang untuk orang tua saya di kampung melalui perantara Mbak Hesti, kakak saya yang tertua.
Saya tahu saya salah disini karena memberi tahu Mbak Hasna terakhir akan keinginan saya. Tetapi saya yakin senakal-nakalnya saya Mbak Hasna akan memaafkan saya apalagi setelah saya berhasil membuat beliau bangga akan pencapaian saya nanti.