Dewasa kini, engga jarang kalo saya lihat konten di media sosial banyak pesan yang merajuk atas keadaan ekonomi yang dirasakan. Bahkan, pelakunya mayoritas orang-orang di usia produktif. Salah satu yang sering terlihat adalah menunjukan rasa insecure dengan membandingkan dirinya terhadap kelas orang yang mereka puja, merasa terpojokan atas persaingan rival asmara.
Tidak hanya itu, kebiasaan obrolan yang pernah juga penulis rasakan di saat nongkrong sampai tengah malam di warung kopi yang banyak didatangi orang muda. Mungkin satu dari sekian banyak topik pembahasan yang dibincangkan adalah ingin memiliki pemasukan lebih bagi mereka yang sudah bekerja namun tetap merasa kebutuhan lebih banyak dibandingkan pemasukan, dan ada juga yang mengeluhkan nasibnya yang dirasa tidak beruntung karena belum sama sekali memiliki pekerjaan. Merasa semesta belum bekerja terhadap dirinya yang sudah menjadi pusat keseimbangan dunia (biasanya kalimat romantis ini yang sering digunakan atas nestapa diri).
Tapi kalau kita perhatikan dengan kasat mata, mereka yang merasa kurang atas pendapatannya suka mengisi jam rehat dengan menjual harapan di ranah judi online, rogoh sisa-sisa budget operasional untuk “iseng” depo berharap ketiban maxwin. Katanya iseng, padahal banyak harapan yang udah disiapin. Dan juga ternyata bukan sekedar sisa budget, padahal yang dipakai adalah persiapan budget untuk operasionalnya sampai di tanggal gajian. Menjelang akhir bulan, harapan maxwin yang berujung boncos ini diakali dengan dompet darurat, tapi bukan dompet darurat pribadi, melainkan pinjaman online. Terus saja berputar dijalur setan.
Kita ubah tengok ke mereka yang merasa semesta sedang berpaling dari dirinya, aktivitas hariannya lebih sering main malam, pulang sebelum subuh, bangun tidur karena adzan zuhur. Siang hari lebih suka scrolling media sosial mencari quote pengusaha besar yang katanya tidak selesai di bagian pendidikannya. Menjelang agak sore yang lagi ramai disebut senja, seduh kopi saset diposting pada status media sosialnya dengan kata-kata harapan yang tersusun oleh emosi quotes tadi siang.
Fenomena ini mungkin bisa hal umum, mungkin juga tragedi, atau bahkan hanya pemikiran suudzon penulis. Tapi sedikit banyaknya fenomena ini pernah terlihat atau terasa oleh saya di beberapa lingkungan pertemanan yang sengaja saya atur waktu serta mengumpulkan energi sebelum berjumpa. Karena berjumpa dengan beberapa orang seperti ini membutuhkan energi lebih untuk siap mendengarkan keluh kesah, dan menghidupkan saringan otomatis agar hal buruk tidak menular ke saya.
Tak luput juga saya mencoba memberanikan diri menyampaikan isi kepala untuk sekedar kasih masukan untuk mulai usaha saja dari rumah, dengan banyaknya keuntungan di era digital ini, kita bisa mencoba cerdik dalam usaha. Dari pencarian bahan baku usaha yang tinggal beli online dan langsung sampai, hingga bentuk usaha non-modal. Tinggal coba pasarkan, pesankan dan terima keuntungan, aktivitas ini biasa disebut dropship.
Dropship sepertinya bukan lagi konsep asing di era digital seperti sekarang, kalo kalian masih bingung bisa saja cari di youtube untuk tahu lebih tentang penjelasannya. Banyak sekali orang-orang yang mau membagikan ilmunya secara GRATIS!
Seperti platform yang menyediakan portal informasi ini, Tokorame. Tokorame sudah menyediakan ribuan barang siap jual yang mayoritas adalah produk fashion. Produk anti jenuh dan ga punya kadaluarsanya. Mungkin di artikel lain penulis akan coba bahas kenapa sih peluang bisnis produk fashion itu lebih aman dan menguntungkan ya.
Kita balik lagi membahas orang yang merasa miskin, tapi mungkin lebih miskin di pemikiran.
Mengupayakan memberi masukan atas kesempatan besar di era digital kepada mereka terkadang seperti berbicara ke gedebong pisang yang sudah mulai miring, diajak tegak tetep aja miring, dipaksa tegak malah kecabut dari akarnya.
Untuk saya, kamu, kita, atau mereka yang suka atau terkadang merasa miskin, mungkin kita harus melihat ke dalam diri. Apa benar kita hanya sedang mengalami miskin secara keuangan? Karena jawaban untuk kita yang merasa itu, kita perlu kreatif dan mau memulai serta konsisten menjalaninya. Tapi, kalau ternyata kita sedang terjangkit miskin dalam pemikiran? Wah, mending kita bagikan tulisan ini untuk mulai menyindir bersama-sama. Agar tujuan utama dari Tokorame dapat sampai manfaatnya. Yaitu, Berdaya, Berjaya, Bersama.