Seperti Biasa di moment tertentu pasti ada seorang guru akan nanya “anak-anak, apa cita-cita kalian? Yuk satu-satu sebutin cita-citanya”. Hal itu biasa saya rasakan dari TK, SD, SMP, dan SMA. Bukan jadi terbiasa, tapi itu adalah moment yang bikin saya sering mikir, “cita-cita gua apa ya?”.
Berjalannya waktu, saya coba cari-cari mengenai keuntungan serta tanggung jawab tiap profesi. Dari polisi, pilot, tentara sampai dokter yang menjadi jawaban paling sering disebut saat ditanya guru di depan kelas.Tapi tidak ada yang buat saya tertarik dari profesi tersebut selain seragamnya yang lumayan keren.
Entah dari mana, saat duduk di Sekolah Menengah Atas saya kepikiran untuk memilih menjadi pembisnis di saat ada guru yang menanyakan apa cita-cita kami di masa depan. Seinget saya, itu ada di waktu jam konseling, yang mana pengisinya adalah guru BK. Pilihan saat itu sebenarnya tidak serta merta nyeplos aja dari dalam mulut, tapi memang menjadi pilihan saya saat itu dengan alasan yang sangat egois, saya tidak suka pakai seragam karena saya pikir orang kantoran udah pasti pakai seragam, saya tidak suka hal-hal dengan aktivitas yang selalu berpola, jadi ya mau-mau gua aja. Mungkin sebenarnya itu hanya buah hasil 14 tahun sekolah yang selalu banyak aturan saja.
Setelah masuk ke jenjang kuliah, dengan kebebasan yang menitik beratkan tanggung jawab di sana, saya mencoba me-recall jawaban asal atas cita-cita saya saat di bangku SMA, menjadi seorang pembisnis. Saya coba-coba untuk menjualkan kembali produk-produk yang saat itu pernah jadi tren, seperti buff masker. Karena di jenjang kuliah itu memiliki gambaran yang keren ya anak yang suka main ke alam. Buff masker kerap dikenakan oleh orang-orang yang suka berpetualang, dari gunung, pantai, ataupun desa-desa yang jarang terjamah.
Tapi pada akhirnya kegiatan itu saya cukupkan karena kendala mendapatkan supplier dengan harga yang pas. Selain itu, ternyata berjualan dengan sesama mahasiswa itu agak rumit karena banyak yang berhutang. Kalau ingin menagih, serasa tidak sepikiran senasib untuk nunggu bulanan masuk. Jadi saya urungkan dulu aktivitas menjual ulang ini.
Terkait mendapatkan supplier yang pas, ini memang salah satu hal penting untuk membuat suatu bisnis menjual ulang. Masalah ketersediaan barang, naik turunnya harga, sampai dengan kualitas yang terjamin. Hal tersebut sangat berpengaruh dengan aktivitas promosi produk yang kita jualkan. Karena tentunya sebagai pembisnis pasti kita akan mengutamakan produk yang terbaik untuk kita tawarkan dan pasarkan bukan? Berjalannya waktu sampai dengan titik ini, saya cukupkan dulu uji coba macam usaha yang saya pikir cocok dengan saya.
Bisa saya katakan rezeki, saya mendapatkan pekerjaan di suatu kantor yang memiliki model bisnis fashion yang mana dalam pendistribusian produknya menggunakan sistem dropship, serta terdapat ragam karakter mitra yang dikategorikan menjadi beberapa. Dari Mentor, Distributor, Agen, sampai reseller. Ini bukan sekedar nama saja, tapi mereka memiliki peran serta tanggung jawab penting dari bisnis yang mengusung sistem Dropship ini
Kalau melihat aktivitas saya dulu dalam berjualan, saya merasa kantor saya ini adalah jawaban dari banyaknya pelaku bisnis yang bermodalkan menjualkan kembali suatu produk. Dapat menjadi angin yang sangat segar bagi pelaku usaha jika ingin mengembangkan usahanya tanpa pusing untuk memikirkan modal, bahkan ketersediaan produk.
Bayangkan saja, bagi saya dulu, ataupun para pelaku usaha jual beli ini. Kita dapat dengan mudah menjualkan produk ke banyak orang, tanpa takut serta bingung mengatur strategi yang ngejelimet untuk mengantisipasi ketersediaan produk yang kita jualkan. Ga lagi kita musingin stok produk yang engga laku, ga musingin salah beli produk yang udah ngabisin banyak modal namun ga sesuai pasar. Hal ini sangat terbantu dengan adanya sistem dropship yang diusung oleh Tokorame.
Segala bentuk product knowledge sudah tersedia dalam satu aplikasi yang dapat didapatkan pada playstore dan Appstore. Stok produk yang selalu bisa diperhatikan secara real time, modal pemasaran yang cukup dengan foto-foto yang telah tersedia. Bahkan bagi mereka yang sudah mengikuti channel Telegram serta Whatsapp bisa dengan mudah mendapatkan modal pemasaran dengan bentuk content yang lebih hidup untuk dibagikan kepada audience yang telah terbentuk menjadi konsumen.
Bahkan tidak hanya sebagai buku panduan produk yang kita jualkan. Aplikasi Tokorame bisa menjadi alat utama untuk memesankan langsung produk yang diminati oleh konsumen kita. Sungguh kenikmatan untuk pelaku usaha. Gimana tidak? Kita serasa memiliki modal usaha yang sangat powerfull untuk dijajakan padahal tanpa modal sepeserpun. Hanya tinggal download aplikasi, bergabung dengan Tokorame, dan langsung susun strategi untuk melangkah untuk menjadi pembisnis menjual ulang produk.
Ga perlu saya jelaskan benefit lainnya yang bisa kita dapatkan saat bergabung di Tokorame lah ya, karena ekosistem itu saja udah sangat menarik bagi mereka yang memang punya ambisi ataupun impian menjadi seorang pembisnis. Kalo saya jelasih untung-untung lainnya takut kebanyakan yang download Tokorame.